Kamis

Ir. Oswan Kurniawan,

Bio Ethanol Alternatif Pengganti Solar dan Bensin

Ciamis, KORAN IMSA.

Kebutuhan bahan bakar di wilayah Jawa Barat tercatat kurang lebih 119.387.000 liter per bulan. Dari jumlah tersebut, 30.235.000 liter diserap 115 SPBU per bulan yang tersebar di Kabupaten dan Kota Bandung. Sisanya, sekira 89.152.000 liter tersebar di seluruh Jawa Barat.

Hal itu dikemukakan Ir. Oswan Kurniawan, dalam seminar sehari mengenai Biodiesel yang diselenggarakan, di Hotel Sona Topas, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Menurut Oswan yang berdomisili di Ciamis ini, konsumsi bahan bakar tersebut menyedot ketersediaan BBM. Oleh karena itu, di Jawa Barat perlu dipikirkan alternatif bahan bakar seperti biodesel.

“Jawa Barat butuh alternatif bahan bakar biodesel. Namun sampai sekarang belum ada satu SPBU-pun yang menjual biodiesel. Hal ini terjadi karena belum adanya industri yang memproduksi bahan baku biodiesel yang disebut bio ethanol. Padahal bahan baku bio ethanol di Jawa Barat sangat melimpah-ruah. Bahan baku pembuat bio ethanol bisa berasal dari singkong, jagung dan umbi-umbi lainnya.

“Saya sudah pernah melakukan eksperimen di labolatorium Sucofindo, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu. Di sana saya bersama para ahli dan pakar mencoba membuat sample bahan bakar bio ethanol dari singkong sebanyak 6,5 kg dengan kadar pati 28,5 persen mampu menghasilkan 1 liter bio ethanol,” terang Oswan.

Lebih lanjut dikatakan Oswan, bahan baku dari singkong sangat bagus, karena singkong merupakan bahan baku yang mengandung karbohidrat. Setelah mengalami proses fermentasi akan menghasilkan alkohol dengan jumlah atom Carbon 2 buah yang memiliki sifat diantaranya mudah dibakar atau terbakar di udara dengan membebaskan asap atau polusi yang sangat kecil, sehingga sangat bagus untuk pembuatan bahan bakar bio diesel dalam temperature ruang bio etanol berwujud cairan jernih tidak berwarna.

Keuntungan lain dijelaskan Oswan, bio ethanol dapat meningkatkan bilangan oktan pada system pembakaran mesin, sehingga kata dia, dapat mencegah terjadinya knocking (gagngguan pembakaran, red) pada mesin dan menambah daya pada mesin.

“Kalau saja peluang ini bisa kita terapkan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan bio diesel untuk masyarakat luas dan menunjang program pemerintah tentang BBM alternative ini sebenarnya ada korelasi yang positif,” ujarnya.

Namun demikian dikatakan Oswan, yang menjadi substasi persoalan dewasa ini adalah bagaimana mewujudkan industri yang mampu memproduksi bio ethanol tersebut. Karena selama ini yang menjadi kendala kita adalah masalah permodalan dan tidak ada bapak angkat dalam mengembangkan bio diesel ini. Misalnya untuk memproduksi 200 liter bio etanol tiap hari membutuhkan mesin yang mampu mengolah singkong 1,5 ton secara kalkulasi mesin tersebut membutuhkan dana kurang lebih 150 juta.

“Dari segi teknologi masalah produksi bio ethanol tidaklah sulit, bahkan mungkin secara rancangan mesin pengolah singkong bisa diciptakan dan itu sudah masuk dalam perencanaan,” pungkasnya. (wans/die/KORAN IMSA)**

1 komentar:

Gunawan mengatakan...

Menawarkan usaha dengan model Viral Marketing untuk penjualan pulsa isi ulang, jadi tak usah susah2 cukup dengan HP saja...gak bakalan kehabisan pulsa...dan kalo mau bisa jual pulsa juga...menarik kan...hubungi 0817268519