Rabu

Geliat Gerakan Kebersihan Ciamis

Menata Diri Semakin Manis


Manis Bukan Sembarang Manis
Manisnya Ciamis
Tatar Galuh Parahyangan
Permata Pasundan

Manis Bukan Sembarang Manis
Menawan
Asri
Nyaman
Indah
Sehat

Ciamis Manis Manjing Dinamis
Mahayunan Ayuna Kadatuan
Maju!!

Lirik lagu Ciamis Manis diatas nampaknya sudah tak asing lagi ditelinga banyak orang. Namun begitu, lagu bukanlah hanya untaian kata yang hanya enak untuk didendangkan dan didengarkan. Lebih dari itu, lagu diatas menjadi symbol nilai juang masyarakat guna mewujudkan kawasan yang Mahayunan Ayuna Kadatuan.
Sang penciptanya, Bambang Arayana Sambas dan Yasmin Sambas tentu tidak asal-asalan dalam mencipta lagu. Spirit syair yang diciptanya, memiliki makna luhur yang menggambarkan cita dan harapan tatanan masyarakat Tatar Galuh menuju potret nyata wilayah yang Menawan, Asri, Nyaman, Indah dan Sehat (Manis).
Lantas bagaimana potret nyata Ciamis saat ini? Ciamis merupakan kabupaten paling Timur di Jawa Barat, berpenduduk sekitar 1,6 juta jiwa. Daerahnya berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Sebagai
bamper Jabar, tentu Ciamis memiliki peranan yang sangat strategis guna membangun iimej daerah. Karenanya, daya tawar Ciamis harusnya lebih unggul dari daerah lainnya.
Memang tidak mudah membangun sebuah image daerah, karena harus didukung oleh tatanan nilai dan sarana yang multidimensional serta kesamaan persepsi dari segenap pengelola pemerintahan dan masyarakatnya. Namun bukanlah suatu hal yang amat sulit, jika image daerah dimulai dari kebersamaan menciptakan kawasan yang serba bersih dan indah. Investasi nilai ini nampaknya tidak mahal jika dilihat dari angka, karena ukuranya adalah kesadaran (moralitas).
Ada beberapa faktor yang harus menjadi perhatian guna menata kawasan Ciamis Manis. Diantaranya, penataan taman, pengelolaan sampah dan penyadaran masyarakat akan arti penting kebersihan. Tentu hal ini harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Data kegiatan yang diperoleh dari Kantor Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Ciamis, nampak terlihat geliat yang menunjukan adanya perubahan pengelolaan dalam menata kawasan kota Ciamis. Kantor yang dulunya hanya dianggap sebagai kolektor retribusi sampah ini, kini mulai berbenah.
Taman Raflesia yang merupakan Taman Kota dan Jantung kota Ciamis nampak dibenahi. Kendaraan roda dua yang dulunya bebas memasuki taman, kini ditertibkan. Taman kota terbesar di Jawa Barat ini pun terlihat asri dengan penataan pot tanaman disekelilingnya dan dibuatnya tempat duduk bagi pengunjung.
Disepanjang jalan kawasan perkotaan, KPKP juga melakukan penataan dengan penanaman pohon pelindung, baik berupa tanaman gelodogan maupun tanaman hias. Disamping disediakannya, tong sampah diberbagai sudut kota.
Dalam pengelolaan sampah, KPKP tidak hanya lagi menjadi “tukang sapu” dan membuang hasil kerjanya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Namun telah mampu menciptakan tehnologi terapan yang mudah dibuat oleh masyarakat luas. Tehnologi terapan yang dikenalkan adalah ‘Composter’. Dibuat dari tong plastik tertutup, dan diberi fentilasi dari paralon. Composter ini khusus diperuntukan bagi sampah organik.

Penataan TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah juga tidak lagi ditelantarkan. Dan dibiarkan menjadi kawasan kumuh yang tiap hari memproduksi bau busuk. Namun kini sudah ditata dengan berbagi sarana dan prasarana. Di TPA Handapherang, misalnya, KPKP membuat sumur uji dan membuat kolan Lindi.
Sumur uji ini dimaksudkan untuk menguji kadar sampah agar dapat dimanfaatkan guna kepentingan masyarakat, seperti pembuatan pupuk. Begitu juga dengan pembuatan Kolam Lindi, dimaksudkan untuk membuang pipa gas metan yang dihasilkan oleh sampah. Disamping untuk melindungi air tanah masyarakat dan tidak mencemari lingkungan.
Menurut Ketua KPKP Kabupaten Ciamis, Drs. H. Yasmin Sambas, BE apa yang dilakukan oleh pihaknya dalam menata berbagai kawasan di wilayah perkotaan kabupaten Ciamis merupakan bagian dalam upaya mewujudkan daerah Ciamis yang bersih sesuai dengan moto juangnya; Menawan, Asri, Nyaman, Indah dan Sehat (Manis).
Namun begitu menurut Yasmin, penataan yang dilakukannya tidak bisa berdiri sendiri dan diperlukan adanya partisipasi masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pemeliharaan lingkungan menjadi awal yang baik guna menata kawasan Ciamis kearah yang lebih baik sesuai dengan motonya. Ia meyakini, memelihara kebersihan bagi masyarakat merupakan hal yang biasa, karenanya tinggal lebih ditingkatkan
Ide tehnologi terapan dengan pembuatan Composter juga, sambungnya, dimaksudkan, untuk menggugah masyarakat agar dapat memanfaatkan apa yang selama ini dianggap tidak berguna, ternyata bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna, yakni pupuk organik. Composter juga dapat meminimalisir sampah yang dibuang ke TPA.
Orang Ciamis sudah barang tentu cinta terhadap daerahnya. Apresiasi kecintaan mereka juga beragam. Namun semua orang yang cinta terhadap Ciamis bisa memulainya dengan menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan.
Jika nilai ini sudah menjadi budaya, maka upaya mewujudkan Ciamis menawan, asri, nyaman, indah dan sehat akan menjadi kenyataan. Seperti apa yang tersirat dalam syair lagu diatas. Tatar galuh parahiangan. Permata pasundan. Semoga…!!!
(aep saepulloh/KORAN IMSA)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kalo boleh tau kantor koran imsa dimana??